Tuesday 22 December 2009

A Confession to My Mom

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Tepat hari ini adalah hari dimana di Indonesia di peringati hari ibu. Memang di Islam tidak ada hari Ibu, hari Ayah atau hari-hari lainnya semacam itu. Tetapi walaupun begitu tidak ada salahnya dihari Ibu ini kita mengenang kembali seorang sosok yang begitu mulia. Seorang sosok wanita pantang menyerah yang rela mencurahkan segala kasih sayang, waktu, tenaga untuk anaknya tercinta.

Banyak dari kita lupa atau sengaja melupakan jasa-jasa Ibu kita. Siapa bilang jasa Ibu hanya sebatas mengandung, melahirkan dan membesarkan saja. Lebih dari itu, Ibu lah yang mengajari kita menghadapi hidup, Ibu yang memperkenalkan kita dengan dunia. Kekuatan Ibu melebihi kuatnya gunung-gunung yang menopang bumi ini dan kelembutannya melebihi lembutnya sutra terlembut di bumi ini.

Sebuah lagu:
Who should you give your love to?
Your respect and your honour to?
Who should you pay good mind to - after Allah,
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then you Father

Cause who used to hold you
And clean you and clothe you?
Who used to feed you
And always be with you?
When you were sick, stay up all night,
Holding you tight?
That’s right no other, your Mother

Who should you take good care of,
Giving all your love?
Who should you think the most of - after Allah
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then you Father

Cause who used to hear you
Before you could talk?
Who used to hold you
Before you could walk?
And when you fell, who’d pick you up?
Clean your cut?
No one but, your Mother, your Mother

Who should you stay right close to?
Listen most to?
Never say no to – after Allah
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then you Father

Cause who used to hug you
And buy you new clothes?
Comb your hair and blow your nose?
And when you cried who wiped your tears?
Knows your fears? Who really cares?
Your Mother

Say Alhamdulillah,
Thank you Allah
Thank You Allah for my Mother

Yusuf Islam - Your Mother

Lagu ini diadaptasi dari sebuah hadist. Rasulullah menekankan 3 kali mencintai Ibu setelah Allah dan Bapak lah yang keempat. Cobalah renungkan apa makna dibalik itu semua.

Sebuah kisah:
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...." Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?
"Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.

Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".
Oleh karena itu, Sayangi dan lindungi Ibu bagi yg merasa masih memiliki ibu dan selagi ibu kita masih ada sebelum kita menyesal.

Nah, semua ini tak lain dan tak bukan kupersembahkan untuk seorang wanita mulia, yang dengan sabar terus mendidik ku hingga sekarang, walaupun terkadang aku begitu sering mengabaikan segala perintahnya.

Ibu, sungguh cinta ku padamu melebihi cinta ku pada diriku sendiri, entah dengan apa dan bagaimana aku membalas segala air mata dan keringatmu.

Ya Rabb, ampuni segala dosa seluruh wanita mulia di bumi ini. Lapangkan hidup mereka, panjangkan umur mereka, luaskan rezeki mereka.

Ibu, Aku mencintaimu.

Chorus
Mother, how are you today?
Here is a note from your daughter.
With me everything is ok.
Mother, how are you today?

Mother, don't worry, I'm fine.
Promise to see you this summer.
This time there will be no delay.
Mother, how are you today?

Verse
I found the man of my dreams.
Next time you will get to know him.
Many things happened while I was away.
Mother, how are you today?

Maywood - Mother How Are You Today

Thursday 17 December 2009

Selamat Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1431

Selamat Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1431.

Semoga kita selalu diberi ampunan dan rahmat oleh Allah SWT.

New Year's the right moment to change.

Tuesday 15 December 2009

Detik-detik Sakaratul Maut Rasulullah SAW

Inilah bukti cinta yang sebenar-benarnya tentang cinta, yang telah dicontohkan Allah SWT melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit mulai menguning di ufuk timur, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya.
Rasulullah dengan suara lemah memberikan kutbah terakhirnya, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

“Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.

“Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah.

“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah.

Fatimah menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut telah datang menghampiri. Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasul lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya.

“Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?”

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril meyakinkan.

Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.” Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh.

Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka.

“Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sambil terus berpaling.

Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

“Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” pinta Rasul pada Allah.

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya.

“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya. Seperti Allah dan Rasul mencintai kita semua.
________________
Source: http://sarungkabayan.wordpress.com/2009/08/30/detik-detik-sakaratul-maut-rasulullah-saw/