Wednesday 3 March 2010

Biji “apel” itu kini siap tumbuh kembali

Malam ini ketika aku susah tidur seperti biasanya, aku terpancing untuk membuka sebuah map yang mulai berdebu. Isinya tentu saja cuma sekumpulan kertas bekas. Semenjak dulu aku suka sekali mengumpulkan potongan-potongan kertas baik itu dari koran, majalah, bahkan ceceran kertas yang akan dibuangpun jika menurut ku cukup bagus akan kupungut dan kusimpan.
Aku mulai membaca lembaran demi lembaran hingga aku terhenti di sebuah lembaran yang usia nya kira-kira 6 tahun. Lembaran yang berupa surat ini kudapatkan saat aku masih duduk di bangku tsanawiyah dulu. Sebuah judul yang diboldkan tertera jelas disana. Aku mulai membaca.

SEBUTIR “APEL” UNTUK ANAK-ANAK KU DI AMPEK DUO

Untuk:
FADLLI
Di
Empat Dua

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Terlebih dahulu ustadz mengucapkan selamat dan sukses pada antum semua, karena berkat ketekunan dan kebersamaan, Alhamdulillah antum semua, bisa naik kelas dengan nilai yang relatif baik. Mudah-mudahan prestasi yang antum raih hari ini dapat memacu dan memicu antum untuk lebih bersemangat dan bergairah untuk mengejar cita-cita dan masa depan yang sangat begitu cerah. Amiin.
Disaat ustadz selesai mengisi rafor antum semua, terlintas di benak ustadz untuk memberikan semacam “bingkisan” untuk kalian. Namun ustadz kebingungan, bingkisan apa yang akan ustadz berikan, mau membelikan sesuatu, apa yang akan dibelikan, dan menurut hemat ustadz, hal yang seperti itu juga tidak cukup bermanfaat, di samping –jujur saja- ustadz ndak punya duit yang cukup buat itu he...he... Akhirnya ustadz berjalan dari asrama menuju kantor majlis guru dan mencoba mengerakkan jari jemari ustadz di atas keyboard di Komputer. Ustadz kemudian mencoba menuliskan kalimat demi kalimat di atas kertas yang sedang antum pegang ini.
Mungkin apa yang ditulis diatas kertas ini, tidak ada yang terlalu istimewa. Bahkan berkemngkinan hanya akan membuat antum bosan dan agak jengkel, karena apa yang tertulis ini sudah sering ustadz atau orang lain sampaikan. Akan tetapi, tulisan ini ustadz tuliskan, dilatar belakangi oleh begitu besarnya harapasn ustadz agar antum semua, bisa menjadi orang yang sukses, baik dari segi ilmu pengetahuan, ibadah, maupun dari segi kepribadian dan akhlak. Kalaupaun antum kurang tertarik dengan tulisan ini, yang penting antum mampu dan bisa meraih apa yang antum dan orangtua antum cita-citakan, sesuai dengan inti dari goresan sederhana ini.
Beberapa bulan yang lalu dalam buku “You will see ii if you believe it”, karangan Wayne D. Dyer, ustadz menemukan kata-kata mutiara yang memberikan motivasi bagi kita untuk lebih kreatif dan bersemangat dalam hidup ini, Wayne menyatakan:

It is a simple prosedure to calculate the number of seeds in an apple. But who among us can Ever say how many apples are in a seed? (artinyo cari se yo)

Dalam kata-kata di atas Wayne menggambarkan bahwa semua orang mampu menghitung berapa jumlah biji yang ada dalam sebuah apel, namun siapa yang mampu menerka dan menebak berapa buah apel yang akan dihasilkan oleh sebuah biji apel yang kita tana.
Wayne dalam kata-katanya di atas, mencoba mengibaratkan manusia itu sebagai sebuah biji apel. Artinya apa, Wayne mengingatkan pada kita bahwa kita tidak bisa mengetahui secara pasti potensi dan kemampuan yang kita miliki, kita tidak bisa memvonis bahwa diri kita dalah apa yang tampak oleh mata kita saat ini. Apalagi untuk mengatakan bahwa kita hanya yang ada saat ini saja, kalau saya sekarang begini, maka itulah saya sebenarnya, saya tidak mungkin berubah, saya tidak mungkin berubah, saya tidak mungkin bisa sukses dan menjadi orang berhasil, saya tidak bisa ini dan itu, saya hanya bisa ini dan itu saja. Itu adalah ungkapan-ungkapan yang sangat naif. Dengan kata lain, Wayne menyadarkan kita bahwa sebetulnya kita ini adalah bibit yang akan sangat mungkin untuk menghasilkan buah dengan jumlah yang tak terbatas. Di dalam diri kita yang secara fisik dhaif dan lemah ini, bersemayam berbagai macam potensi dan kemampuan, yang kalau kita tumbuhkembangkan akan menghasilkan buah yang luar biasa dan menakjubkan.
Kita mungkin sat ini tak tahu, bahwa sebetulnya mempunyai potensi untuk jadi orang terkenal, pengusaha besar, atau mungkin menjadi seorang ilmuwan yang mumpuni. Oleh sebab itu sekali lagi, jangan sekali-kali kita meracuni diri kita, jangan kita “membunuh” diri kita. Jangan sekali-kali menyatakan bahwa karena kemampuan saya seperti ini, saya tidak mungkin bisa begini atau karena orangtua saya begini atau karena alasan-alasan bodoh lainya saya tidak mungkin sukses dan berhasil. Atau hal yang paling memalukan kita berkata: Saya tidak bisa apa-apa. Jangan pernah menjadikan hal-hal yang kita hadapi sebagai dalih untuk membunuh potensi yang ada dalam diri kita.
Jadi, dengan dasar diatas, kita harus berpikiran positif, kita harus meyakini bahwa kita sebetulnya mempunyai potensi dan kesempatan untuk menjadi orang sukses. Kalau kita sudah mempunyai keyakinan yang seperti ini, ustadz yakin, semua kita termasuk orang lain akan selalu bersemangat dalam hidupnya. Orang yang mempunyai keyakinan seperti ini, Insya Allah akan sangat berpeluang untuk menjadi orang sukses. Jadi hal yang pertama yang harus dimiliki adalah keyakinan dalam diri kita bahwa sebetulnya kita ini mempunyai potensi yang luar biasa hebatnya. Kalau orang tidak punya keyakinan seperti ini, maka ia akan menjadi orang yang pesimis, apatis dan putus asa, dan akhirnya ia menjadi manusia yang mati sebelum malaikat mencabut nyawanya.
Namun kita harus ingat bahwa modal keyakinan diatas saja, tidaklah cukup mengantarkan kita pada kesuksesan. Setelah mempunyai keyakinan di atas, kita harus mempunyai modal yang kedua, yaitu usaha dan kerja keras. Biji yang ada di tangan kita tidak bisa dengan sim salabim berubah menjadi buah apel. Tanpa usaha untuk menanam dan menumbuhkembangkannya. Untuk menjadi seorang yang berhasil dan sukses kita juga harus berusaha. Salah satu usaha untuk menumbuhkembangkan potensi yang kita miliki itu adalah dengan belajar dan menuntut ilmu pengetahuan. Mencari ilmu pengetahuan itu bisa dengan mengamati, membaca, merenung, berdiskusi atau dengan cara-cara lain yang sudah kita kenal.
Jan serius bana yo.
Belajar, atau dalam konteks yang agak umum, usaha dalam mengembangkan potensi ini memang berat dan mempunyai tantangan yang sangat besar, namun kita harus tabah dan sabar melalui semua itu, kita harus tabah duduk sekian jam untuk membaca dan mengulang pelajaran, kita harus sabar mengerjakan tugas, mengikuti ujian, menerima teguran atau mungkin “bentakan” dari guru kita. Karena biji apel pun juga melewati perjuangan, tantangan serta usaha yang sangat berat dan melelahkan untuk tumbuh menjadi sebuah pohon yang menghasilkan buah. Pertama-tama ia harus rela untuk menguburkan diri dalam tanah yang kotor dan dingin, setelah itu ia harus tumbuh menjadi sebuah anak apel yang harus siap menghadapi perubahan suhu udara, bahkan kadangkala ia harus rela diinjak dan diganggu oleh binatang ataupun manusia yang lewat disamping batangnya. Setelah besar ia pun harus terus berjuang untuk menahan angin atau gangguan alam yang selalu siap mengancam kehidupannya. Kalau seperti itu keadaannya, apakah sebagai makhluk hidup yang mempunyai daya akal dan nalar akan kalah dengan sebatang apel yang tidak diberikan “apa-apa” oleh sang Khalik. Atau dengan bahasa yang lebih lembut, tidakkah kita mau belajar dari apel tersebut.
Mungkin itu yang bisa ustadz tuliskan, karena sekarang sudah jam sebelas lewat sepuluh malam, dan mata ustadz sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Namun sebelumnya ustadz akan menyimpulkan dan menyampaikan tips sukses, diantaronyo:
1. Awak harus punyo keyakinan baraso awak sangaik bisa menjadi urang sukses.
2. Awak harus rajin bausaho untuak mancapai cito-cito yang awak cito-citokan, jadi jan maleh baraja, apo lai ndak amuah mambaco atau banyak main. Pagunokan wakatu sabaiak-baiaknyo, karano maso mudo adolah maso yang sangaik potensial untuak mangambangkan diri.
3. Iringi usaho dengan selalu baibadaik ka Tuhan, salalu badoa ka Tuhan, salalu maingek Tuhan, jan sampai lupo ka Allah SWT, tunduakkan diri selalu ka Tuhan, karano bara bana pintar, hebatnyo awak, kalau indak tunduak ka Tuhan akia-akia nyo pasti akan hancua, dan hiduik indak ado keberkahannyo, apolai lupo shalat (Awak anak parabek ko a).
4. Yang ndak kalah pantiang adolah jago kepribadian dan akhlak sebagai urang muslim yang tahu dengan ajaran agamo, baik akhlak ka Tuhan, uramng tuo, keluarga, guru, juo akhlak antaro awak samo gadang, dan yang paliaaaaaang pantiang bana, akhlak awak jo lawan jenis, di sampiang hubungan mudo-mudo tu buruak manuruik agamo, adaik, sarato masyarakaik awaak, hal itulah yang banyak manghancuakan generasi mudo pado maso kini ko. Jadi tetap istiqamah yo (kalau indak picayo, anti dicubo, picayo selah ka ustadz).

Jadi, itu mungkin yang bisa ustadz tuliskan, akhirnya ustadz berdoa mudah-mudahan antum semua sukses, dan prestasinya setelah sampai dikelas yang lebih tinggi nanti bisa lebih baik, begitu juga dengan ibadahnya, serta akhlaknya.
Selaku wali kelas, guru, mitra, atau mungkin seorang teman yang sama-sama belajar dengan antum semua, ustadz memohon maaf kepada antum semua, karena dengan keadaan ustadz yang tidak mempunyai banyak pengalaman, etika ustadz yang mungkin belum selayaknya sebagai seorang guru, atau karena sifat ustadz yang suka bergurau, menyindir, atau mungkin mengeluarkan pernyataan-peryataan yang kurang baik, telah membuat kalian kesal, atau mungkin telah menganggu kenyamanan kalian dalam belajar dan menuntut ilmu.
Itu saja yang ustadz sampaikan, mudah-mudahan ukhuwah dan hubungan baik yang telah diukir selama satu tahun kurang lebih, bisa kita pelihara dan kita langgengkan sapai kita kembali pada-Nya.

Billahitaufiq walhidayah
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh


Kantor Majlis Guru Putra
Jum’at, jam 23.40 WIB, tanggal 2 juli 2004


(tanda tangan)
Ash-roel


Aku menutup surat ini dengan tersenyum. Ada 2 hal yang terlintas di benakku saat itu bahwa seseorang yang surat ini dialamatkan kepadanya memang telah benar-benar menjadi seperti apa yang diharapkan sang ustadz, dan yang kedua adalah bahwa apa yang beliau sampaikan memang telah kurasakan.
Aku adalah seorang yang gagal. Aku benar-benar terpukul saat itu, menyesali nasib, mulai menyerah dan menerka-nerka apakah diriku memang begini adanya, apakah potensiku hanya sebatas ini saja.
Benar adanya bahwa ksesuksesan itu tidak didapatkan dengan duduk bermenung berjam-jam, menikmati alunan syair lagu dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Kesuksesan butuh keyakinan, usaha dan doa, aku telah menyadari itu dan bertekad untuk berubah.
Meminjam perumpamaan “apel” diatas bahwa dulu aku adalah biji apel yang gagal menjadi pohon karena tak mampu bertahan dari terpaan dan cobaan, tetapi ternyata biji apel itu belumlah gagal seutuhnya, dia hanya tertimbun di tanah yang dingin, biji apel itu kini siap untuk tumbuh kembali, berjuang untuk hidup, menjadi sebuah pohon apel yang Insya Allah akan menghasilkan buah yang tak terhitung jumlahnya. Inilah aku, aku siap untuk kembali ke medan pertempuran, mengejar ketertinggalan dan menyelesaikan pertarungan dengan kemenangan berada di tanganku Insya Allah.
Syukur tak terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kedua, terima kasih kepada ustadz Asrul atas motivasi yang telah beliau tuliskan. Akhirnya, semua daya dan upaya tiadalah berarti tanpa Ridhanya sang Khalik, Rabbus samaawati wal ardli, Allah SWT.